Sunday, February 20, 2005

Sabah cuma tinggal Sejarah - by Firdaus (2005)

Dah pun pukul empat
Apa saja yang aku buat
Peti sinaran terjadi teman
Jam tangan pemberi harapan
Dua jam lagi...
Bolehkah aku terus bertahan?

Apakah ini dunia pekerjaan ?
Tidak seperti yang aku impikan
Selalunya aku mengejar masa
Tapi kini kerja tak seberapa
Kebosanan jitu menyusul semula.

Benak di kepala mula meretak
Rancak pula gemala memberontak
Terbuka tirai rancangan yang lalu
Gemersik irama menyentuh kalbu
Tersenyum aku mengimbas kembali
Kenangan manis yang indah sekali
Memeluk mesra tubuh nan sepi.

Suatu ketika mahligai harapan
Mendodoi kesejahteraan sepanjang zaman
Kasih ditabur tanpa batasan
Suci murni penuh keikhlasan
Setiap detik terukir senyuman
Ke mana mana bersama teman dan taulan.

Fikiranku lopak lapik lagi
Mahligai harapan sudah menyepi
Tinggallah lubang panca roba ini
Tempat menenggelamkan batu beban dinihari.

Kini semua ibaratkan mimpi
Yang masih terpahat di sanubari
Harapanku luas menggunung tinggi
Ia bagaikan tergantung di langit
Kemampuanku pula terpasak di bumi
Tiada gunanya berfikir lagi
Luka berdarah pastinya berhenti
Kuping kudis menjadi saksi
Lambang bakti perwira hati.

Jika ini suratan takdirku
Aku terima tanpa bicara
Ya Allah, cuma satu yang ku pinta
Kekuatan sukma untuk melaksana
Segala yang patut dan wajar jua
Agar terhindar dari segala sengketa
Terpelihara daripada fitnah dan buruk sangka.

Dan wahai Sang Sanubari dan Batu Gemala,
Janganlah lagi menyingkap Sabah.
Sabah cuma tinggal Sejarah.

firdaus | 10:34 PM | 0 comments

Suara Si Anak Mentah - by Elmi Zulkarnain

Iktikad Penyair II

Berbiduk mencari erti
Lautan sepi mati, aku keseorangan
Tangan mendayung aku mengejar suara
Sahabat memanggil aku selalu
Gelombang, gelodak, gelora.
Biduk bergoyang ditiup nista
Bocor terluka mengeluh hampa

Aku diangkat pula
Ke langit mana aku tak pasti
Duduk bersebelahan pungguk seekor
Dia cemburu akan diriku
Kerana purnama pernah di ribaku.

Terus aku merobek-robek awan
Menarik paksa jika terpaksa
Tangan melecur menjemput suria
Terangilah duniaku aku merayu
Yang sekian lama dibanjiri gempita
Yang ruangnya sempit mengongkong kata

Ku luah kesemuanya
Ku cerita pada mentari
Ditemani beratus punggok semesta

Akur tangan ku diikat
Dilemma tradisi dan komplot politik
Namun ... Namun tetapi
Jangan dibendung jiwaku ini
Makin kau tekan makin memberontak

Mungkin ada yang bersefahaman...
Mungkin pula ramai yang ingin ku mati...

Aduhai yang bergelar insan seni seangkatan ku.
Ini buatmu!
Ibarat tikus kering di pelusuk kamar
Takut dijerat, takut dikejar, takut disiat disiksa
Apakah itu pejuang sebenar?
Hanya berani di lubang sendiri?

Di manakah penghayatan, mana pergi keberanian?
Mampukah kita mengorak langkah supaya nanti adanya kemajuan ..
Jika,
Sekadar melukis kisah khayalan cinta
Setakat menyindir tergolek ketawa

Terus aku memerhati setiap persada di luar jangkauan mata
Loncat, merendah tubuh agar tiada yang melepasi deria
Hingga tertiarap kadang-kala dipijak diludah!

Panji yang berkibar sekarang bukan panji generasiku
Tuan empunya adalah ayah-ayahku sendiri,
Penyair tua pujangga lama.
Tetap ku hormat sentiasa ku sanjungi
Tapi!
Aku inginkan panji ku sendiri
Ayah, bukalah jendela itu.
Agar dapat ku loncat keluar
Bermain di halaman aku sendiri

Mungkin aku akan merayau hingga sesat di luar
Biarkanlah..

Biar dibelati tubuhku
Diselar digemuruh dijerumus dalam penjara
Ku tetap dengan gagasanku
Membawa nafas baru generasi aku, generasi aku.
Mengutarakan realiti,
Hidup yang membelenggu bangsa yang dikasihi

Janjiku..
Tiada akan ku mewarnai karyaku dengan khayalan sahaja
Tidak akan ku ikut jejak penulis durjana
Yang membina istana hasil karya yang tiada seninya
Setakat memenuhi cita-rasa pembaca yang suka akan kelucahan
semata.
Yang suka menangis secara buta.
Dibuai cerita fantasia gila.
Mana isimu penulis durjana?
Mana haluanmu?

Biar lukisanku hitam putih sahaja
Mudah dibaca termasuk yang buta
Padat isi menyentak semua
Mengkhabar hakikat menyedarkan dunia
Terus berjuang anak Melayu di mana-mana.

Mungkin nyawaku dicabut sekejap lagi.
Mungkin jasadku dibakar seteru
Tetapi ku harap karyaku tetap berdiri
Tetap bernyawa memenuhi impian
Impianku harapanku doaku untuk bangsaku.

Elmi Zulkarnain
Pantai East Coast
Singapura
(1832hrs)
27.09.2003

firdaus | 10:27 PM | 1 comments

Masihkah Kau Bermain Seruling - by Zurinah Hassan

Masihkah kau bermain seruling
walau waktu telah terlewat untuk kita bercinta
aku semakin terasa bersalah
melayani godaan irama
lagu yang tersimpan pada lorong halus buluh
dikeluarkan oleh nafas seniman
diukir oleh bibir
diatur oleh jari
dilayangkan oleh alun angin
menolak ke dasar rasa.

Masihkah kau bermain seruling
ketika kampung semakin sunyi
sawah telah uzur
waktu jadi terlalu mahal
untuk memerhatikan hujan turun
merenung jalur senja
mengutip manik embun
menghidu harum bunga.

Masihkah kau bermain seruling
ketika aku terasa mata bersalah
untuk melayani rasa rindu padamu
di kota yang semakin kusut dan tenat
adik-adikku menganggur dan sakit jiwa
bangsaku dipecahkan oleh politik
saudara diserang bom-bom ganas
dunia sudah terlalu tua dan parah.

Di sinilah berakhirnya percintaa kita
kerana zaman sedang menuntut para seniman
hidup di luar dirinya.

Shah Alam, 1987

firdaus | 8:13 AM | 0 comments

Saturday, February 19, 2005

Apakah Kebahagiaan ? by Kamilah Ahmad

Samudera terbentang indah memancari panca inderaku.
Angin sepoi menggulung ombak ke tepian pantai
Betapa nikmatnya kehidupan alam di sekelikingku
Bagaikan kemegahan sinaran mentari pagi
Betapa makmurnya alam di sekelilingku
Bagaikan kemegahan samudera berkesempatan luas
Kuucapkan kesejahteraan untuk insan berbilang bangsa
Kudoakan kesempurnaan untuk manusia di seluruh dunia.

Kuhadirkan nasihat berguna
Dengan ketulusan hati tiada terhingga
Hapuskan sifat hasad dan haloba
Meluap-luap meracuni kehidupan insan semesta
Hapuskan benih segala kejahatan
Yang membiak di sanubari insan tidak terkira
Di lubuk hati syaitan dan iblis durjana
Terjerumus masuk ke kawah berbisa
Apa ertinya kehidupan demikian ?
Apa ertinya langit berlapisan ?

Di sini aku mengeluh panjang dan terus mengeluh
Apakah mungkin mentari akan kegersangan pancaran ?
Apakah mungkin samudera akan keusangan upaya ?
Puas sudah aku melata pelusuk bumi
Namun kebahagiaan masih di timbunan
Bergelombang di bukit pasir

firdaus | 9:54 PM | 0 comments

Friday, February 11, 2005

My Lil Sister

Sometimes, pictures say a thousand words.


Nur Hana. With her weird smile :)  


My cute lil sis on Chingay seats. 

firdaus | 8:04 PM | 0 comments

Wednesday, February 09, 2005

Aku - by Chairil Anwar (1943)

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943


'Aku' - written on the wall Posted by Hello

firdaus | 5:43 PM | 0 comments

Monday, February 07, 2005

Untuk Sahabatku II - by Firdaus

written for Kakok's testimonial in Friendster - 1st Feb 2005
her reply is also featured here - 1st Feb 2005

_____________________________________________________________

Layar kehidupan beronak duri,
Lautan pula berombak badai,
Peramba di sini mengadu lagi,
Kisah sama hasrat tak sampai

Riang kanak-kanak memberi pesan,
Kebahagiaan tidak beralas takhta,
Jodoh pertemuan di tangan Tuhan,
Peramba tidak banyak bicara.

Sedang asyik bertanam tebu,
Tanaman lain tidak terjaga,
Kekanda di NZ lama membisu,
Apakah berita kekanda di sana ?

Sejinak-jinak burung merpati,
Dikepung pun lari juga,
Dengan hati ikhlas dan suci
Harapan kekanda sentiasa bahagia

Maghrib sudah Isyak pun sudah,
Namun hamba masih terjaga,
Suatu masa di hari yang cerah,
Dua rakan akan berjabat tangan jua.

___________________________________________________________

Reply by Kakok :

Sayang purnama pungguk derita
Merayu kasih pulang kepangku
Sayang adinda jauh di mata
Namun dihati sentiasa merindu

Merayu kasih pulang kepangku
Ikatan cinta kembali terjana
Doa kekanda buat adikku
Moga cita kelak terlaksana

Ikatan cinta kembali terjana
Berkat doa restu keluarga
Jangan adikku sekali merana
Berputus asa lupakan cita

Berkat restu doa keluarga
Akan tercapai segalanya mimpi
Jika adikku terus berusaha
Langit yang tinggi digapai pasti!

firdaus | 7:52 PM | 0 comments

Tuesday, February 01, 2005

Untuk Sahabatku - by Firdaus

dedicated to a brother, written on 1st Feb 2005
_________________________________________________

Jika ruyung tidak dipecah,
Bagaimana dapat sagunya ?
Apakah payung yang takut basah ?
Bagaikan cinta tiada cabarannya

Jangan berangan meniti lautan,
Jika kapalmu tidak bernakhoda,
Usah dikenang pudarnya sinaran,
Cahaya keimanan terserlah jua.

Gunung daik timang-timangan,
Tempat kera berulang-ali,
Memori baik kenang-kenangan,
Memori buruk dicampak ke perigi.

Tiup angin panggang tilan,
Anak raja pulang menjala,
Jodoh, pertemuan di tangan Tuhan,
Pasrah dan jangan banyak bicara.

Jangan ditebang gelenggang itu,
Pucuknya masih berjurai-jurai,
Jangan dikenang yang hilang itu,
Kita tidak lagi mandi di sungai

Andai todak hendak menyerang,
Pohon pisang tersedia di sisi,
Andai kita berjiwa tenang,
Bersabar sahaja bicara hati.

firdaus | 10:09 AM | 1 comments


-Firdaus Collection-

Tulus Berdoa
Pejuang Mimpi
Nasihat Mak Ayah
Soalan Tak Terucap
Puisi Segera Selamba
Niat Kita
Adikku
Gambar Adik
Sabah Cuma Tinggal Sejarah
Untuk Sahabatku
Untuk Sahabatku II
Van Iftar
Terpesona
Keliru
Remaja
Basikalku
Ilmuku
Aku
Apa Ini ?


-Family Portrait-

My sister's wedding Posted by Hello

Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

-Personal Info-

Mohamad Firdaus Abdul Karim

living
with a blatant
disregard for life

-Fruits of Contemplation-
from Flyboys

"when you risked it all, the sky, is the limit..."

-Previous Posts-

-More Puisipoems-

August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
August 2005
January 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
November 2006
January 2007
May 2007
June 2007
March 2008
April 2008
May 2008
September 2010

-Quote-

"When once you have tasted flight,
you will forever walk the earth
with your eyes turned skyward,
for there you have been,
and there you will
always long to return."

- Leonardo Da Vinci

-Fellowship Of The Blog-

Nur Raudhah
Sara & Ruth
Liza Ibrahim
Haslinah
Juliah
Sarah
Iskandar
Anim
Muhammad Shafiee
Ike Afnifa
Nurani Haza
Jackie
Rohani
Hassanal Bagul
Lilyana
Asryna
Muhammad Syafiq
Nurrisam
Ninie
Nur Amalina